BATAM-Illuminati - SAADI Khadafy, putra playboy dari diktator Libya Moammar Khadafy, tidak ingin kehilangan gaya hidup mewahnya setelah rezim ayahnya tumbang dan dia serta saudaranya yang lain jadi pelarian. Ketika para pemberontak Libya memasuki Tripoli, ia melarikan diri dari kota itu. Saat rezim ayahnya benar-benar runtuh, ia kabur ke Niger.
Namun, Saadi rupanya tidak mau terus hidup sebagai tamu di Niger, negara terpencil yang terkurung daratan di Afrika barat, meski di sana ia aman dari kejaran Interpol. Dengan bantuan sebuah geng penyelundup internasional, Saadi berencana untuk menyelinap ke Meksiko dengan nama palsu Daniel Bejar. Ia berencana tinggal di sebuah resor mewah yang menghadap pantai Pasifik di Punta Mita yang sering dikunjungi selebritas, seperti Lady Gaga, Kim Kardashian, dan Charlie Sheen.
Sial bagi Saadi, ia gagal menikmati nirwana itu berkat kesigapan otoritas Meksiko.
Harian Washington Post, Kamis (8/12/2011), melaporkan, Saadi (38) bersama tiga rekannya berencana melakukan perjalanan ke Meksiko dengan memalsukan dokumen. Mereka akan punya nama baru dan berstatus warga Meksiko. Rencana itu, kata Menteri Dalam Negeri Meksiko, Alejandro Poire, melibatkan dukungan dana dalam jumlah "multijuta dollar", jaringan rumah yang aman, rekening bank, dan jet pribadi yang terbang melintasi dunia mulai dari Timur Tengah ke Kosovo lalu ke Kanada.
Poire mengatakan, empat orang yang terdiri dari dua warga Meksiko, Kanada, dan Denmark membentuk kelompok penyelundup dan ditangkap bulan lalu. Pemimpin geng penyelundup itu seorang perempuan Kanada bernama Cynthia Ann Vanier. Menurut Poire, Vanier punya "kontak langsung" dengan keluarga Khadafy. Intelijen Meksiko, kata dia, mengetahui rencana Saadi pada awal September sebelum akhirnya menangkap perempuan itu pada 6 November.
Vanier adalah seorang konsultan yang, menurut National Post, telah menghasilkan sebuah laporan yang menyalahkan sebagian besar kekejaman terhadap hak asasi manusia di Libya pada NATO yang mendukung pasukan pemberontak.
Los Angeles Times melaporkan, situs web perusahaan Vanier, Vanier Consulting, mengatakan, pihaknya punya pengalaman dalam bidang antiterorisme dan sebagai negosiator dalam isu-isu multikultural yang kompleks serta kasus-kasus penyanderaan di Kanada, Amerika Serikat, Meksiko, Bahama, dan di tempat lain. Situs itu menggambarkan pekerjaan Vanier sebagai "pihak yang menjembatani konflik menuju perdamaian".
Menurut Telegraph, warga AS yang terlibat seorang perempuan. Ia bertugas melakukan kontak di Meksiko dan memang berbasis di Meksiko. Sementara warga Denmark bertanggung jawab atas pemalsuan dokumen.
Pemerintah Meksiko mengumumkan penangkapan itu pada Rabu, menyusul publikasi sehari sebelumnya di Kanada. Sebuah artikel di harian National Post, Kanada, melaporkan bahwa Saadi berniat tinggal di resor Punta Mita, sebuah kawasan resor di pantai Pasifik yang penuh hamparan vila bernilai jutaan dollar dan lapangan golf Jack Nicklaus.
National Post juga berbicara dengan mantan tentara Australia, Gary Peters, yang bermukim di Kanada. Peters adalah seorang pengawal yang lama bekerja untuk Saadi. Ia pula yang ikut membantu Saadi lari ke Niger saat rezim ayahnya tumbang. Peters menegaskan, properti telah dibeli di Meksiko dan dia percaya dokumen yang diperoleh untuk memungkinkan Saadi memasuki Meksiko secara sah.
Saadi yang sempat menjadi pemain sepak bola profesional di Italia, sampai akhirnya dipecat karena tidak lolos tes narkoba, telah dicari Interpol. Lembaga itu mengeluarkan red notice pada September dan meminta negara-negara di dunia untuk menangkap dan mengekstradisi dia. Saadi juga komandan unit khusus pasukan ayahnya dan seorang pemimpin dalam memerangi pasukan pemberontak di Libya. Pemerintah transisi Libya mengatakan, pihaknya menginginkan Saadi karena terlibat dalam sejumlah kejahatan dan dugaan korupsi. PBB membekukan asetnya dan memberlakukan larangan perjalanan untuk dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar